Hindu-Buddha dan Perkembangannya di Indonesia
Hindu-Buddha
merupakan dua agama yang berasal dari satu negara berpenduduk padat di dunia,
India. Dari India, agama ini kemudian menyebar ke berbagai penjuru dunia. Di
Indonesia, kedua agama ini masih hidup dan berkembang sampai saat ini. Sebelum
kita melihat lebih jauh tentang persebaran agama Hindu-Buddha, kita akan
meninjau sejenak sejarah berdirinya kedua agama tersebut.
Agama Hindu
berasal dari India. Agama ini merupakan perpaduan antara agama yang dianut oleh
bangsa Arya dan bangsa Dravida. Bangsa Arya yang berasal dari Asia Tengah
berhasil mendesak bangsa asli India, Dravida. Terjadi pembauran antara bangsa
Arya dan bangsa Dravida yang selanjutnya menurunkan generasi yang disebut
bangsa Hindu. Kata hindu berasal dari kata sindhu (bahasa Sanskerta) yang
berarti sungai. Kata ini mengacu pada Sungai Indus yang menjadi sumber air bagi
kehidupan di sekitarnya. Sumber ajaran agama Hindu terdapat dalam kitab suci
Weda (terdiri atas empat kitab), Brahmana (merupakan tafsir dari kitab Weda),
dan Upanisad (memuat dasardasar filsafat hubungan antara manusia dan TUHAN).
Kata weda berasal dari kata vid artinya tahu. Weda atau veda berarti
pengetahuan suci. Kitab ini ditulis ketika bangsa Arya menduduki Punjam, 3.000
tahun sebelum Masehi.
Dewa-dewa
utama dalam ajaran Hindu ialah Dewa Trimurti (kesatuan dari tiga dewa). Ketiga
dewa tersebut ialah:
(1) Dewa Brahma. Brahma bertugas menciptakan alam semesta dan mengatur segala peristiwa di dunia. Kendaraannya berupa angsa.
(2) Dewa Wisnu. Wisnu bertugas memelihara alam semesta. Kendaraannya berupa seekor burung garuda.
(3) Dewa Syiwa. Syiwa bertugas sebagai perusak semua yang tidak lagi berguna di alam. Kendaraannya seekor lembu.
(1) Dewa Brahma. Brahma bertugas menciptakan alam semesta dan mengatur segala peristiwa di dunia. Kendaraannya berupa angsa.
(2) Dewa Wisnu. Wisnu bertugas memelihara alam semesta. Kendaraannya berupa seekor burung garuda.
(3) Dewa Syiwa. Syiwa bertugas sebagai perusak semua yang tidak lagi berguna di alam. Kendaraannya seekor lembu.
Pemujaan
terhadap para dewa dipimpin oleh seorang pendeta yang disebut brahmana. Dalam Agama
Hindu ada lima keyakinan dan kepercayaan yang disebut dengan Pancasradha.
Pancasradha merupakan keyakinan dasar umat Hindu. Kelima keyakinan tersebut,
yakni:
1. Widhi Tattwa: percaya kepada Tuhan Yang Maha Esa dan segala aspeknya
2. Atma Tattwa: percaya dengan adanya jiwa dalam setiap makhluk
3. Karmaphala Tattwa: percaya dengan adanya hukum sebab-akibat dalam setiap perbuatan
4. Punarbhawa Tattwa: percaya dengan adanya proses kelahiran kembali (reinkarnasi)
5. Moksa Tattwa: percaya bahwa kebahagiaan tertinggi merupakan tujuan akhir manusia
1. Widhi Tattwa: percaya kepada Tuhan Yang Maha Esa dan segala aspeknya
2. Atma Tattwa: percaya dengan adanya jiwa dalam setiap makhluk
3. Karmaphala Tattwa: percaya dengan adanya hukum sebab-akibat dalam setiap perbuatan
4. Punarbhawa Tattwa: percaya dengan adanya proses kelahiran kembali (reinkarnasi)
5. Moksa Tattwa: percaya bahwa kebahagiaan tertinggi merupakan tujuan akhir manusia
Dalam
masyarakat Hindu, dikenal lima kasta atau kelas, yaitu:
(1) Brahmana: terdiri atas pemimpin agama atau pendeta
(2) Ksatria: terdiri atas para bangsawan, raja dan keturunannya, serta prajuritprajuritnya
(3) Waisya: terdiri atas pengusaha dan pedagang
(4) Sudra: terdiri atas para petani dan pekerja kasar
(5) Paria: terdiri atas gelandangan (orang yang haram untuk disentuh)
(1) Brahmana: terdiri atas pemimpin agama atau pendeta
(2) Ksatria: terdiri atas para bangsawan, raja dan keturunannya, serta prajuritprajuritnya
(3) Waisya: terdiri atas pengusaha dan pedagang
(4) Sudra: terdiri atas para petani dan pekerja kasar
(5) Paria: terdiri atas gelandangan (orang yang haram untuk disentuh)
Tempat suci
umat Hindu antara lain kota Benares yang dianggap sebagai tempat bersemayamnya
Dewa Syiwa. Sungai Gangga dianggap keramat dan suci karena air Sungai Gangga
dianggap dapat mensucikan abu jenazah yang dibuang ke dalamnya. Hari raya umat
Hindu ialah Galungan, Kuningan, Saraswati, Pagerwesi, Nyepi, dan Siwaratri.
2. Agama Buddha
Agama Buddha
juga berasal dari India. Agama ini timbul sebagai reaksi masyarakat terhadap
peran kaum Brahmana yang dianggap terlalu berlebihan dalam menjalankan tugas
dan fungsi mereka. Agama ini didasarkan pada ajaran Sidharta Gautama. Sidharta
Gautama digelari Sang Buddha (orang yang mendapat pencerahan) karena ia
mendapat penerangan yang sempurna setelah bertapa di tengah hutan.
Agama Buddha
tidak mengakui pembagian kasta dalam masyarakat. Menurut ajaran Buddha, setiap
orang punya hak dan kesempatan yang sama untuk mencapai kesempurnaan asalkan ia
mampu mengendalikan dirinya sehingga bebas dari samsara. Penderitaan dapat
dihentikan dengan cara menindas trisna (nafsu). Nafsu dapat ditindas melalui
delapan jalan (astavidha), yaitu pandangan (ajaran) yang benar, niat atau sikap
yang benar, berbicara yang benar, berbuat atau bertingkah laku yang benar,
penghidupan yang benar, berusaha yang benar, memerhatikan hal-hal yang benar,
dan bersemedi yang benar. Pemeluk agama Buddha wajib melaksanakan tiga ikrar
(Tri Ratna), yaitu: berlindung kepada Buddha, berlindung kepada Dharma (ajaran)
agama Buddha, dan berlindung kepada Sanggha (perkumpulan) masyarakat pemeluk
agama Buddha. Kitab suci agama Buddha ialah Tripitaka (Tiga Keranjang) yang
terdiri atas Vinayapitaka (berisi tentang bermacam-macam aturan hidup dan hukum
penentu cara hidup pemeluknya), Sutrantapitaka (berisi tentang pokok-pokok wejangan
Sang Buddha), dan Abdhidharmapitaka (berisi tentang penjelasan dan kupasan
mengenai sosial beragama atau falsafah agama). Umat Buddha merayakan Hari Raya
Triwaisak, yang merupakan peringatan kelahiran, menerima bodhi, dan wafatnya
Sang Buddha yang bertepatan dengan saat bulan purnama pada bulan Mei.
Agama Buddha
terbagi atas dua aliran. Pertama, Mahayana yang mengajarkan bahwa untuk
mencapai Nirwana, setiap orang harus mengembangkan sikap kebijaksanaan dan
sifat welas asih. Kedua, Hinayana yang mengajarkan bahwa untuk mencapai
Nirwana, sangat bergantung pada usaha diri melakukan meditasi. Agama Buddha
mencapai puncak kejayaannya pada zaman kekuasaan Raja Asoka (273-232 SM) yang
menetapkan agama Buddha sebagai agama resmi negara. Tempattempat suci umat
Buddha antara lain Bodh-Gaya, tempat bersemedi Sidharta Gautama.
3. Proses dan Jalur Masuknya Hindu-Buddha ke Indonesia
Hindu-Buddha
merupakan agama yang diakui keberadaannya di Indonesia. Hari-hari besar
keagamaannya diperlakukan sama dengan agama besar lainnya di Indonesia, Islam.
Bagaimana proses masuk dan berkembangnya agama ini di Nusantara? Ternyata ada
beberapa aliran pendapat tentang proses masuknya Hindu-Buddha ke Indonesia.
a. Waisya
Menurut aliran ini, pengaruh Hindu-Buddha masuk karena dibawa oleh para pedagang yang banyak menikah dengan penduduk asli. Mereka menikah karena harus tinggal untuk waktu minimal 6 bulan sambil menunggu pergantian musim untuk kembali ke negaranya. Pendapat ini didukung oleh N.J. Krom dan Purbacaraka.
Menurut aliran ini, pengaruh Hindu-Buddha masuk karena dibawa oleh para pedagang yang banyak menikah dengan penduduk asli. Mereka menikah karena harus tinggal untuk waktu minimal 6 bulan sambil menunggu pergantian musim untuk kembali ke negaranya. Pendapat ini didukung oleh N.J. Krom dan Purbacaraka.
b. Brahmana
Menurut aliran ini, pengaruh Hindu-Buddha masuk karena dibawa oleh para brahmana yang mendapat undangan dari para penguasa untuk menobatkan para raja, mempimpin upacara keagamaan, dan mengajarkan ilmu pengetahuan. Dari istana, agama ini kemudian menyebar ke seluruh kerajaan. Pendapat ini didukung oleh J.C. van Leur.
Menurut aliran ini, pengaruh Hindu-Buddha masuk karena dibawa oleh para brahmana yang mendapat undangan dari para penguasa untuk menobatkan para raja, mempimpin upacara keagamaan, dan mengajarkan ilmu pengetahuan. Dari istana, agama ini kemudian menyebar ke seluruh kerajaan. Pendapat ini didukung oleh J.C. van Leur.
c. Ksatria
Menurut aliran ini, pengaruh Hindu-Buddha masuk karena dibawa oleh para ksatria yang kalah perang di India. Mereka mendirikan koloni di Nusantara dan menyebarkan agama Hindu-Buddha di Nusantara. Pendapat ini didukung oleh C.C. Berg dan Majumdar.
Menurut aliran ini, pengaruh Hindu-Buddha masuk karena dibawa oleh para ksatria yang kalah perang di India. Mereka mendirikan koloni di Nusantara dan menyebarkan agama Hindu-Buddha di Nusantara. Pendapat ini didukung oleh C.C. Berg dan Majumdar.
d. Arus
Balik
Menurut aliran ini, pengaruh Hindu-Buddha masuk karena para brahmana, pedagang, juga orang-orang Indonesia sendiri. Ada yang berdagang, ada pula yang sengaja datang ke India untuk belajar. Ketika kembali, mereka menyebarkan agama baru yang mereka dapatkan di India. Pendapat ini didukung oleh George Coedes dan FDK Bosch
Menurut aliran ini, pengaruh Hindu-Buddha masuk karena para brahmana, pedagang, juga orang-orang Indonesia sendiri. Ada yang berdagang, ada pula yang sengaja datang ke India untuk belajar. Ketika kembali, mereka menyebarkan agama baru yang mereka dapatkan di India. Pendapat ini didukung oleh George Coedes dan FDK Bosch
4. Pengaruh Agama Hindu-Buddha di Indonesia
Pengaruh
agama dan kebudayaan Hindu-Buddha terjadi pada berbagai aspek kehidupan
masyarakat. Aspek-aspek tersebut meliputi bidang sosial, teknologi, kesenian,
juga pendidikan.
a. Bidang
Sosial
Di bidang sosial, tradisi Hindu-Buddha berpengaruh terhadap sistem kemasyarakatan dan pemerintahan. Dalam sistem pemerintahan asli Indonesia, masyarakat Indonesia tersusun dalam kelompok-kelompok desa yang dipimpin oleh kepala suku. Sistem itu kemudian terpengaruh oleh ajaran Hindu-Buddha. Timbul kerajaan-kerajaan Hindu-Buddha.
Di bidang sosial, tradisi Hindu-Buddha berpengaruh terhadap sistem kemasyarakatan dan pemerintahan. Dalam sistem pemerintahan asli Indonesia, masyarakat Indonesia tersusun dalam kelompok-kelompok desa yang dipimpin oleh kepala suku. Sistem itu kemudian terpengaruh oleh ajaran Hindu-Buddha. Timbul kerajaan-kerajaan Hindu-Buddha.
b. Bidang
Teknologi
Perhatikanlah Candi Borobudur dan Candi Prambanan. Dapatkah kamu bayangkan bahwa ratusan tahun yang lalu, telah ada teknologi yang mampu digunakan untuk membuat bangunan begitu indah? Peninggalan Hindu-Buddha dalam bidang seni bangunan (arsitektur) yang berkembang di Indonesia adalah yang berupa candi, yupa, dan prasasti. Candi di Indonesia berbentuk punden bertingkat yang digunakan sebagai makam raja dan bagian atas punden bertingkat itu dibuatkan patung rajanya. Adapun candi di India berbentuk stupa bulat yang digunakan sebagai tempat sembahyang atau memuja dewa. Candi yang bercorak Hindu antara lain Candi Prambanan dan Candi Dieng. Candi yang bercorak Buddha antara lain Candi Borobudur dan Candi Kalasan.
Perhatikanlah Candi Borobudur dan Candi Prambanan. Dapatkah kamu bayangkan bahwa ratusan tahun yang lalu, telah ada teknologi yang mampu digunakan untuk membuat bangunan begitu indah? Peninggalan Hindu-Buddha dalam bidang seni bangunan (arsitektur) yang berkembang di Indonesia adalah yang berupa candi, yupa, dan prasasti. Candi di Indonesia berbentuk punden bertingkat yang digunakan sebagai makam raja dan bagian atas punden bertingkat itu dibuatkan patung rajanya. Adapun candi di India berbentuk stupa bulat yang digunakan sebagai tempat sembahyang atau memuja dewa. Candi yang bercorak Hindu antara lain Candi Prambanan dan Candi Dieng. Candi yang bercorak Buddha antara lain Candi Borobudur dan Candi Kalasan.
c. Kesenian
Kamu pernah melihat tarian Bali atau menyaksikan seni beladiri Kongfu? Itulah contoh pengaruh tradisi kebudayaan Hindu-Buddha yang masih kita temui saat ini. Pengaruh tradisi Hindu-Buddha di Indonesia tampak juga pada bidang kesenian, khususnya seni rupa dan seni sastra. Dalam bidang seni rupa, banyak kita ditemui hiasan-hiasan pada dinding candi (relief) yang sesuai dengan unsur India. Di bidang seni sastra, pengaruh tradisi Hindu Buddha terlihat pada penggunaan huruf Pallawa dan bahasa Sanskerta pada prasasti-prasasti. Ada juga hasil kesusastraan Indonesia yang sumbernya dari India, yaitu cerita Ramayana dan Mahabrata yang dijadikan lakon wayang. Banyak kitab Hindu-Buddha yang menjadi aset bangsa saat ini. Di antaranya Negarakertagama dan Barathayudha.
Kamu pernah melihat tarian Bali atau menyaksikan seni beladiri Kongfu? Itulah contoh pengaruh tradisi kebudayaan Hindu-Buddha yang masih kita temui saat ini. Pengaruh tradisi Hindu-Buddha di Indonesia tampak juga pada bidang kesenian, khususnya seni rupa dan seni sastra. Dalam bidang seni rupa, banyak kita ditemui hiasan-hiasan pada dinding candi (relief) yang sesuai dengan unsur India. Di bidang seni sastra, pengaruh tradisi Hindu Buddha terlihat pada penggunaan huruf Pallawa dan bahasa Sanskerta pada prasasti-prasasti. Ada juga hasil kesusastraan Indonesia yang sumbernya dari India, yaitu cerita Ramayana dan Mahabrata yang dijadikan lakon wayang. Banyak kitab Hindu-Buddha yang menjadi aset bangsa saat ini. Di antaranya Negarakertagama dan Barathayudha.
d. Bidang
Pendidikan
Di bidang pendidikan, pengaruh tradisi Hindu-Buddha dapat kita lihat bahwa sampai akhir abad ke-15, ilmu pengetahuan berkembang pesat, khususnya di bidang sastra, bahasa, dan hukum. Kaum Brahmana adalah kelompok yang berwewenang memberikan pendidikan dan pengajaran dalam masyarakat Hindu-Buddha. Salah satu hasil dari perkembangan pendidikan, dikemukakan oleh I-Tsing, bahwa di Sriwijaya terdapat "universitas" yang dapat menampung ratusan mahasiswa biarawan Buddha untuk belajar agama.
Di bidang pendidikan, pengaruh tradisi Hindu-Buddha dapat kita lihat bahwa sampai akhir abad ke-15, ilmu pengetahuan berkembang pesat, khususnya di bidang sastra, bahasa, dan hukum. Kaum Brahmana adalah kelompok yang berwewenang memberikan pendidikan dan pengajaran dalam masyarakat Hindu-Buddha. Salah satu hasil dari perkembangan pendidikan, dikemukakan oleh I-Tsing, bahwa di Sriwijaya terdapat "universitas" yang dapat menampung ratusan mahasiswa biarawan Buddha untuk belajar agama.
0 komentar: